TTG BUDIDAYA PETERNAKAN
PAKAN TERNAK
- SEJARAH
SINGKAT
Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga/diambil hasilnya dengan
cara mengembangbiakkannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan para
petani. Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan
pemberian pakan. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk
pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan
produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain
dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar
ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan
pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang sering
diberikan pada ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan konsentrat
(makanan penguat).
- SENTRA
PERIKANAN
Selama ini produksi pakan ikan alami dilakukan oleh pengusaha pembenihan
ikan/udang dalam satu unit pembenihan, atau oleh Balai Budidaya milik
Pemerintah. Sementara ini sentra produksi pakan ikan buatan berada di
Jawa.
- JENIS
- Hijauan
Segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam
bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun
yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri
atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman biji-bijian/
jenis kacang-kacangan.
Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah
diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah
tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga
menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung
karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat
berperan dalam menghasilkan energi.
- Rumput-rumputan
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput Benggala (Penicum maximum),
rumput Setaria (Setaria sphacelata), rumput Brachiaria (Brachiaria
decumbens), rumput Mexico (Euchlena mexicana) dan rumput lapangan yang
tumbuh secara liar.
- Kacang-kacangan:
lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantes guyanensis), centro
(Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides, Calopogonium muconoides
dan jenis kacang-kacangan lain.
- c.
Daun-daunan: daun nangka, daun pisang, daun turi, daun petai cina dll.
- Jerami dan
hijauan kering
Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan hijauan pakan
ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan. Kandungan serat kasarnya
lebih dari 18% (jerami, hay dan kulit biji kacang-kacangan).
- Silase
Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk segar
biasanya berasal dari tanaman sebangsa padi-padian dan rumput-rumputan.
- Konsentrat
(pakan penguat)
Contoh: dedak padi, jagung giling, bungkil kelapa, garam dan mineral.
- MANFAAT
- Sumber
energi
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang
kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat
kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi
dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
- Kelompok
serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
- Kelompok
hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
- Kelompok
umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)
- Kelompok
hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah, rumput
benggala dan rumput setaria).
- Sumber
protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai
kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).
Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
- Kelompok
hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan
sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat,
ganggang dan bungkil)
- Kelompok
hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi kaliandra, gamal
dan sentero
- Kelompok
bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan
sebagainya).
- Sumber
vitamin dan mineral
Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun
hewan, mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi sangat
bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan, penyimpanan,
jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang). Disamping itu
beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan terhadap
bahan pakan akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan
mineralnya.
Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudah
tersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan olahan
yang siap digunakan sebagai campuran pakan, misalnya premix, kapur,
Ca2PO4 dan beberapa mineral.
- PEDOMAN
TEKNIS PEMBUATAN/PENGOLAHAN
- Kebutuhan
Pakan
Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap
nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada
jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui),
kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur,
kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya. Maka, setiap ekor ternak
yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula.
Rekomendasi yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (National
Research Council) mengenai standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan
dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia.
Rekomendasi tersebut dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan
kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, yang akan dipenuhi oleh bahan-bahan
pakan yang sesuai/bahan-bahan pakan yang mudah diperoleh di lapangan.
- Konsumsi
Pakan
Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit/sedang
berproduksi), mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan
kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok. Kemudian sejalan dengan
pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang
dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat pula.
Tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi
oleh faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak
itu sendiri).
- Temperatur
Lingkungan
Ternak ruminansia dalam kehidupannya menghendaki temperatur lingkungan
yang sesuai dengan kehidupannya, baik dalam keadaan sedang berproduksi
maupun tidak. Kondisi lingkungan tersebut sangat bervariasi dan erat
kaitannya dengan kondisi ternak yang bersangkutan yang meliputi jenis
ternak, umur, tingkat kegemukan, bobot badan, keadaan penutup tubuh
(kulit, bulu), tingkat produksi dan tingkat kehilangan panas tubuhnya
akibat pengaruh lingkungan.
Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya, maka akan terjadi
pula perubahan konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak biasanya menurun
sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi temperatur
lingkungan hidupnya, maka tubuh ternak akan terjadi kelebihan panas,
sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun. Sebaliknya, pada
temperatur lingkungan yang lebih rendah, ternak akan membutuhkan pakan
karena ternak membutuhkan tambahan panas. Pengaturan panas tubuh dan
pembuangannya pada keadaan kelebihan panas dilakukan ternak dengan cara
radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.
- Palatabilitas
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai
akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan
pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau,
rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah
yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya.
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada
asin/pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan
mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi.
- Selera
Selera sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan
“lapar”. Pada ternak ruminansia, selera merangsang pusat saraf
(hyphotalamus) yang menstimulasi keadaan lapar. Ternak akan berusaha
mengatasi kondisi ini dengan cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini,
kadang-kadang terjadi kelebihan konsumsi (overat) yang membahayakan ternak
itu sendiri.
- Status
fisiologi
Status fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis kelamin, kondisi
tubuh (misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat mempengaruhi
konsumsi pakannya.
- Konsentrasi
Nutrisi
Konsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan
adalah konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi
energi pakan ini berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin
tinggi konsentrasi energi di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akan
menurun. Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat jika konsentrasi
energi yang dikandung pakan rendah.
- Bentuk
Pakan
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang
dibuat pellet atau dipotong) daripada hijauan yang diberikan seutuhnya.
Hal ini berkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih mudah
dikonsumsi dan dicerna. Oleh karena itu, rumput yang diberikan sebaiknya
dipotong-potong menjadi partikel yang lebih kecil dengan ukuran 3-5 cm.
- Bobot
Tubuh
Bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya.
Makin tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap
pakan. Meskipun demikian, kita perlu mengetahui satuan keseragaman berat
badan ternak yang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi “berat badan
metabolis” yang merupakan bobot tubuh ternak tersebut. Berat badan
ternak dapat diketahui dengan alat timbang. Dalam praktek di lapangan,
berat badan ternak dapat diukur dengan cara mengukur panjang badan dan
lingkar dadanya. Kemudian berat badan diukur dengan menggunakan formula:
- Berat
badan = Panjang badan (inci) x Lingkar Dada 2 (inci) / 661
- Berat
badan metabolis (bobot tubuh) dapat dihitung dengan cara meningkatkan
berat badan dengan nilai 0,75
- Berat
Badan Metabolis = (Berat Badan)0,75
- Produksi
Ternak ruminansia, produksi dapat berupa pertambahan berat badan (ternak
potong), air susu (ternak perah), tenaga (ternak kerja) atau kulit dan
bulu/wol. Makin tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula kebutuhannya
terhadap pakan. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi (disediakan) lebih
rendah daripada kebutuhannya, ternak akan kehilangan berat badannya
(terutama selama masa puncak produksi) di samping performansi
produksinya tidak optimal.
- Kandungan
Nutrisi Pakan Ternak
Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan
kepada ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur
nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis,
macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan
mempengaruhi tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di
dalam bahan pakan secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak,
karbohidrat dan vitamin.
Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai
dengan fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan
berproduksi secara normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat diketahui
melalui proses analisis terhadap bahan pakan yang dilakukan di
laboratorium. Analisis itu dikenal dengan istilah “analisis proksimat”.
- Peralatan
Pembuatan Pakan Ternak
1.
Macam-Macam
Silo
Silo dapat dibuat dengan berbagai macam bentuk tergantung pada lokasi,
kapasitas, bahan yang digunakan dan luas areal yang tersedia. Beberapa silo
yang sudah dikenal adalah:
a.
Pit
Silo: silo yang dirancang berbentuk silindris (seperti sumur) dan di bangun di
dalam tanah.
b.
Trech
Silo: silo yang dibangun berupa parit dengan struktur membentuk huruf V.
c.
Fench
Silo: silo yang bentuknya menyerupai pagar atau sekat yang terbuat dari bambu
atau kayu.
d.
Tower
Silo: silo yang dirancang membentuk sebuah menara menjulang ke atas yang bagian
atasnya tertutup rapat.
e.
Box
Silo: silo yang rancangannya berbentuk seperti kotak.
2.
Cara
Memformulasi Pakan
Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu menggunakan Tabel
Patokan Kebutuhan Nutrisi. Sebagai contoh kebutuhan nutrisi dalam penyusunan
ransum bagi sapi perah adalah sebagai berikut :
§ Sapi perah
betina muda berat 350 kg, satu setengah bulan menjelang beranak(melahirkan pada
umur 36 bulan), membutuhkan pakan dengan kandungan nutrisi sebagai berikut:
a. Kebutuhan hidup
pokok dan reproduksi: Bahan Kering=6,4 Kg, ME=13 Mcal, Protein=570 gram,
mineral=37 kg.
b. Laktasi I: Bahan
Kering=1,0 Kg, ME=2,02 Mcal, Protein=93,6 gram, Mineral=5 kg.
c. Sehingga jumlah
Bahan Kering=7,4 kg, ME=15,02 kg, Protein=663,6 gram, Mineral=42 gram.
§ Dari kebutuhan
nutrisi tersebut, kebutuhan pakannya dapat diformulasikan dengan suatu metode.
Misalnya bahan-bahan pakan yang tersedia adalah:
a. Rumput gajah:
Bahan Kering=16%, ME=0,33 Mcal, Protein=1,8 gram%BK, Mineral=2,5 gram%BK
b. Rumput Kedele:
Bahan Kering=93,5%, ME=3,44 Mcal, Protein=44,9 gram%BK, Mineral=6,3 gram%BK
c. Bungkil kelapa:
Bahan Kering=86%, ME=2,86 Mcal, Protein=18,6 gram%BK, Mineral=5,5 gram%BK
§ Rumput gajah
akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan kering sebanyak 80%= 80/100X7,4
kg = 5,92 kg BK. Maka kandungan protein yang sudah dapat dipenuhi rumput
adalah: sebanyak = 1,8/100 X 5,92 kg = 106,56 gram protein.
Kekurangan:
Bahan kering = 7,4 - 5,92 kg = 1,48 kg
Protein = (663,6 - 106,56) gram = 557,04 kg atau 557,04/1480 X 100% = 37,64%.
Bungkil kedelai akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah: 19,04/26,3 X 1,48
kg = 1,07 kg BK.
Bungkil kelapa akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah: 7,26/26,3 X 1,48 kg
= 0,41 kg BK.
Jadi, jumlah bahan pakan segar yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan ternak
dengan kondisi tersebut di atas adalah:
Rumput gajah = 5,92 X 100/16 kg = 37 kg
Bungkil kedelai = 1,07 X 100/93,5 kg = 1,14 kg
Bungkil kelapa = 0,41 X 100/86 kg = 0,48 kg.
3.
Teknologi
Pakan
Teknologi pakan ternak ruminansia meliputi kegiatan pengolahan bahan pakan yang
bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya cerna dan
memperpanjang masa simpan. Sering juga dilakukan dengan tujuan untuk mengubah
limbah pertanian yang kurang berguna menjadi produk yang berdaya guna.
Pengolahan bahan pakan yang dilakukan secara fisik (pemotongan rumput sebelum
diberikan pada ternak) akan memberi kemudahan bagi ternak yang mengkonsumsinya.
Pengolahan secara kimiawi (dengan menambah beberapa bahan kimia pada bahan
pakan agar dinding sel tanaman yang semula berstruktur sangat keras berubah
menjadi lunak sehingga memudahkan mikroba yang hidup di dalam rumen untuk
mencernanya.
Banyak teknik pengolahan telah dilakukan di negara-negara beriklim sub-tropis
dan tropis, akan tetapi sering menyebabkan pakan menjadi tidak ekonomis dan
masih memerlukan teknik-teknik untuk memodifikasinya, terutama dalam
penerapannya di tingkat peternak.
Beberapa teknik pengolahan bahan pakan yang mudah dilakukan di lapangan adalah:
.
Pembuatan
Hay
Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak, berupa rumput-rumputan/leguminosa yang
disimpan dalam bentuk kering berkadar air: 20-30%. Pembuatan Hay bertujuan
untuk menyeragamkan waktu panen agar tidak mengganggu pertumbuhan pada periode
berikutnya, sebab tanaman yang seragam akan memilik daya cerna yang lebih
tinggi. Tujuan khusus pembuatan Hay adalah agar tanaman hijauan (pada waktu
panen yang berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga
dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau.
Ada 2 metode pembuatan Hay yang dapat diterapkan yaitu:
1.
Metode
Hamparan
Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara meghamparkan hijauan yang
sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari
hamparan di balik-balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara ini biasanya
memiliki kadar air: 20 - 30% (tanda: warna kecoklat-coklatan).
2.
Metode
Pod
Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat menyimpan hijauan yang
telah dijemur selama 1 - 3 hari (kadar air ± 50%). Hijauan yang akan diolah
harus dipanen saat menjelang berbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan
kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak
berwarna “gosong”) yang akan menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.
a. Pembuatan Silase
Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atau
leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami proses ensilase.
Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau atau
ketika penggembalaan ternak tidak mungkin dilakukan.
§ Prinsip utama
pembuatan silase:
1. menghentikan
pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman.
2. mengubah
karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi kedap udara.
3. menahan
aktivitas enzim dan bakteri pembusuk.
§ Pembuatan silase
pada temperatur 27-35 derajat C., menghasilkan kualitas yang sangat baik. Hal
tersebut dapat diketahui secara
organoleptik, yakni:
1. mempunyai
tekstur segar
2. berwarna
kehijau-hijauan
3. tidak berbau
4. disukai ternak
5. tidak berjamur
6. tidak menggumpal
§ Beberapa metode
dalam pembuatan silase:
1. Metode
Pemotongan
§ Hijauan
dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5 cm
§ Dimasukkan
kedalam lubang galian (silo) beralas plastik
§ Tumpukan hijauan
dipadatkan (diinjak-injak)
§ Tutup dengan
plastik dan tanah
2. Metode
Pencampuran
Hijauan dicampur bahan lain dahulu sebelum dipadatkan (bertujuan untuk
mempercepat fermentasi, mencegah tumbuh jamur dan bakteri pembusuk,
meningkatkan tekanan osmosis sel-sel hijauan. Bahan campuran dapat berupa:
asam-asam organik (asam formiat, asam sulfat, asam klorida, asam propionat),
molases/tetes, garam, dedak padi, menir /onggok dengan dosis per ton hijauan
sebagai berikut:
§ asam organik:
4-6kg
§ molases/tetes:
40kg
§ garam : 30kg
§ dedak padi: 40kg
§ menir: 35kg
§ onggok: 30kg
Pemberian bahan tambahan tersebut harus dilakukan secara merata ke seluruh
hijauan yang akan diproses. Apabila menggunakan molases/tetes lakukan secara
bertahap dengan perbandingan 2 bagian pada tumpukan hijauan di lapisan bawah, 3
bagian pada lapisan tengah dan 5 bagian pada lapisan atas agar terjadi
pencampuran yang merata.
3. Metode Pelayuan
§ Hijauan
dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan bahan kering 40% - 50%.
§ Lakukan seperti
metode pemotongan
b. Amoniasi
Amoniasi merupakan proses perlakuan terhadap bahan pakan limbah pertanian
(jerami) dengan penambahan bahan kimia: kaustik soda (NaOH), sodium hidroksida
(KOH) atau urea (CO(NH2) 2. Proses amoniasi dapat menggunakan urea sebagai
bahan kimia agar biayanya murah serta untuk menghindari polusi. Jumlah urea
yang diperlukan dalam proses amoniasi: 4 kg/100 kg jerami. Bahan lain yang
ditambahkan yaitu : air sebagai pelarut (1 liter air/1 kg jerami).
c. Pakan Pemacu
Merupakan sejenis pakan yang berperan sebagai pemacu pertumbuhan dan
peningkatan populasi mikroba di dalam rumen, sehingga dapat merangsang
penambahan jumlah konsumsi serat kasar yang akan meningkatkan produksi.
Molases sebagai bahan dasar pakan pemacu merupakan bahan pakan yang dapat
difermentasi dan mengandung beberapa mineral penting. Dapat memperbaiki formula
menjadi lebih kompak, mengandung energi cukup tinggi sehingga dapat
meningkatkan palatabilitas serta citarasa. Urea merupakan bahan pakan sumber
nitrogen yang dapat difermentasi. Setiap kilogram urea mempunyai nilai yang
setara dengan 2,88 kg protein kasar (6,25X46%). Dalam proporsi tertentu
mempunyai dampak positif terhadap peningkatan konsumsi serat kasar dan daya
cerna.
0. Proses Pembuatan
Dilakukan dalam suasana hangat dan bertahap :
§ Molases (29%
dari total formula) dipanaskan pada suhu ± 50 derajat C.
§ Buat campuran I
(tapioka 16%, dedak padi 18%, bungkil kedelai 13%).
§ Buat campuran II
(urea: 5%, kapur 4%, garam 9%).
§ Buat campuran
III (tepung tulang 5% dan mineral 1%).
§ Buat campuran IV
dari campuran I, II, III yang diaduk merata.
§ Masukkan
campuran IV sedikit sedikit ke dalam molases, diaduk hingga merata (±15 menit).
§ Masukkan dalam
mangkok/cetakan kayu beralas plastik dan padatkan.
§ Simpan di tempat
teduh dan kering.
1. Kualitas Nutrisi
Hasil analisis proksimat, pakan pamacu yang dibuat dengan formulasi tersebut
mempunyai nilai nutrisi sebagai berikut: Energi 1856 Kcal, protein 24%, kalsium
2,83% dan fosfor 0,5%.
2. Jumlah dan
Metode Pemberian
Pemberian pakan pamacu dapat meningkatkan konsentrasi amonia dalam rumen dari
(60-100) mgr/liter menjadi 150-250 mgr/liter. Jumlah pemberian pakan pemacu
disesuaikan dengan jenis dan berat badan ternak. Untuk ternak ruminansia kecil
(domba/kambing) maksimum 4 gram untuk setiap berat badan. Untuk ternak
ruminansia besar (sapi) 2 gram untuk setiap berat badan dan 3,8 gram untuk
kerbau. Pemberian pakan pemacu sangat cocok bagi ternak ruminansia yang
digembalakan dan diberi sisa tanaman pangan seperti jerami atau bahan pakan
berkadar protein rendah.
d. Pakan Penguat
Pakan penguat atau konsentrat yang berbentuk seperti tepung adalah sejenis
pakan komplet yang dibuat khusus untuk meningkatkan produksi dan berperan
sebagai penguat. Mudah dicerna, karena terbuat dari campuran beberapa bahan
pakan sumber energi (biji-bijian, sumber protein jenis bungkil, kacang-kacangan,
vitamin dan mineral). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
pakan penguat:
0. Ketersediaan
Harga Satuan Bahan Pakan
Beberapa bahan pakan mudah diperoleh di suatu daerah, dengan harga bervariasi,
sedang di beberapa daerah lain sulit didapat. Harga perunit bahan pakan sangat
berbeda antara satu daerah dan daerah lain, sehingga keseragaman harga per unit
nutrisi (bukan harga per unit berat) perlu dihitung terlebih dahulu.
1. Standar kualitas
Pakan Penguat
Kualitas pakan penguat dinyatakan dengan nilai nutrisi yang dikandungnya
terutama kandungan energi dan potein. Sebagai pedoman, setiap Kg pakan penguat
harus mengandung minimal 2500 Kcal energi dan 17% protein, serat kasar 12%.
2. Metode dan
Teknik Pembuatan
Metode formulasi untuk pakan penguat adalah metode simultan, metode segiempat
bertingkat, metode aljabar, metode konstan kontrol, metode ekuasi atau metode
grafik.
3. Prosedur
Memformulasi
§ Buat daftar
bahan pakan yang akan digunakan, kandungan nutrisinya (energi, potein), harga
per unit berat, harga per unit energi dan harga per unit protein.
§ Tentukan standar
kualitas nutrisi pakan penguat yang akan dibuat.
§ Memformulasi,
dilakukan pada form formulasi.
§ Tentukan
sebanyak 2% (pada kolom %) bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral.
§ Tentukan sebanyak
30% bahan pakan yang mempunyai kandungan energi lebih tinggi daripada kandungan
energi pakan penguat, tetapi harga per unit energinya yang paling murah (dapat
digunakan lebih dari 1 macam bahan pakan).
§ Tentukan
sebanyak 18% bahan pakan yang mempunyai kandungan protein lebih tinggi daripada
kandungan protein pakan penguat, tetapi harga per unit proteinnya paling murah.
§ Jumlahkan (%
bahan, Kcal energi, % protein dan harganya), maka 50% formula sudah diperoleh.
§ Lakukan
pengecekan kualitas dengan membandingkan kualitas nutrisi %0% formula dengan
kualitas nutrisi 50% pakan penguat.
ANALISIS
EKONOMI BUDIDAYA
Analisis
Budidaya Usaha Agribisnis :
Pakan mengambil 70% dari total biaya produksi peternakan, sehingga tetap
menjadi aktual untuk dijadikan suatu bisnis yang sangat cerah. Salah satu yang
memungkinkan proses agroindutri yang akan menjadi peluang bisnis yang bagus
yaitu mewujudkan industri pakan blok. Selain dari pada itu telah banyak
dilakukan penelitian terapan dibidang pakan blok yang sangat mungkin dikembangkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Kartadisastra,
H.R. (1997). Penyediaan & Pengelolaan Pakan ternak Ruminansia (Sapi,
Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta, Kanisius
Budi
Pratomo (1986). Cara Menyusun ransum ternak. Poultri Indonesia.
Suara
Karya, 3 Maret 1992. Mengenal Pakan Ternak Jenis Unggul.
Neraca,
6 Juni 1991. Jenis Pakan Yang Cocok Untuk Ternak.
Suara
Karya, 19 Januari 1993. Memanfaatkan Sisa Pakan.
Suara
Karya, 2 Juni 1992. Silase, Pakan Ternak Musim Kemarau.
Neraca,
1 Juli 1991. Pemgolahan Jerami Menjadi Pakan Yang Disukai ternak.
Pikiran
Rakyat, 21 Mei 1990. Perlakuan Khusus Terhadap Biji-bijian Bahan Pakan Ternak.
Neraca,
20 juli 1990. Pembuatan Hijauan Makanan Ternak.
Suara
Karya, 15 September 1992. Cara Menanam Rumput Gajah.
Kedaulatan
Rakyat, 21 Juni 1990. Prospek Industri Makanan Ternak Limbah Coklat di Wonosari
Cerah.
KONTAK
HUBUNGAN
Proyek
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7
Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
Kantor
Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta
10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web:
http://www.ristek.go.id