Senin, 11 Juni 2012

ASCARIASIS



ASCARIASIS

Etiologi :
      Anjing                         : Toxocara canis
1.      : Toxocara canis jantan berukuran 3,6-8,5 cm,
2.      betina sekitar 5,7-10 cm.. Bentuknya mirip Ascaris lumbricoides.
      Kucing                        : T. cati
1.      Toxocara cati jantan sekitar 2,5-7,8 cm dan betina 2,5 - 14cm
2.      Bentuknya mirip Ascaris lumbricoides
      Babi                 : Ascaris suum
1.      Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin atau gelang kopulasi.
      Kuda               : Parascaris equorum
1.      Parascaris dewasa dapat tumbuh hingga panjang 30 cm dengan 3 oral sucker
      Sp,db,kb          : Toxocara vitolorum
      Ayam              : Ascaridia galli











Cara Penularan
      Makanan tercemar telur infektif (L2) : Babi, sapi, kambing, kuda
      Anjing dan Kucing
      Makanan tercemar telur infektif (L2)
      Prenatal (Placenta)  : anak terinfeksi melalui placenta pada migrasi larva melalui sirkulasi sistemik larva menuju jaringan somatic. Didalam jaringan ini larva menetap tanpa berkembang dan larva ini kemudian dapat melalui plasenta dari induk bunting kepada anak yag sedang berkembang didalam uterus, hal ini dapat terjadi akibat re-aktifasi infeksi larva somatic yang laten pada induknya. Kecuali pada kucing
      Colustrum
      Inang paratenik (Terjadi pada anjing) sepeti tikus dan ular, bila telur infektif termakan oleh inang paratenik maka larva akan tinggal dalam otot. Bila tikus itu termakan pada anjing maka larva akan menjadi dewasa dalam waktu 3 minggu.
      Sumber Penularan pada anjing :
1.      Lingkungan yang tercemar
2.      Larva Dorment (Somatik) pada otot
3.      Inang Paratenik














Siklus Hidup :
Telur Masak (tidak sengaja) tertelan manusia
> menetas menjadi Larva di saluran pencernaan > menembus usus > peredaran darah > Jantung > Paru-Paru > Trakea (tenggorokan) > tertelan untuk kedua kalinya dengan gejala batuk-batuk > Usus > Cacing dewasa
Sering didapati komensalisme di dalam tubuh, namun pada anak-anak
< 10 th
> Ascariasis

Ascaris megalocephala
Persis sepeti Ascaris lumbricoides namun hospes tetapnya adalah hewan kuda
> di dalam ususnya.
Ascaris suilae l Ascaris suum
Persis seperti Ascaris lumbricoides namun hospes tetapnya adalah hewan babi > di dalam ususnya
Ancylostoma duodenale dan Necator americanus > cacing tambang
Hidup di dalam Duodenum manusia menyebabkan Ancylostomiasis
Siklus hidup :
Telur (keluar bersama feses)
> menetas menjadi Larva Rhabditiform > Larva Filariform aktif akan menembus kulit > aliran darah > Jantung > Paru-Paru > Trakea > tertelan masuk > ke Duodenum (usus 12 jari) > menghisap darah
siklus A











PATOGENESA
Pathogenesis dari ascariasis tergantung dari tingkat infeksi dan umumnya hewan muda lebih peka draripada hewan dewasa. Lesi lesi pada usus akibat dari adanya migrasi pada stadium larva dan terjadi enteritis haemorhagika, berlanjut menjadi anemi.
Pada hati larva stadium 2 dapat menyebabkan pendarahann pada hati yang terjadi di sekeliing vena intra lobuler dari hati dan berlanjut menimbulkan serosis hepatitis dan kadang-kadang dapat menyumbat saluran empedu. Larva stadium 2 dan terjadi penyerapan oleh jaringan hati terhadap larva yang mati akan meninggalkan jejak yang berwarna putih. Di paru paru larva stadium 2 menyebkan fibross bronchitis dan pneuomonia sehingga terjadi batuk dan sesak nafas migrasi larva cacing juga dapat menyebabkan perforasi usus halus sehingga cacing dapat merusak peritoneum sehingga terjadi peritonitis dan menimbulkan kematian pada penderita
Cacing dewasa dalam usus yang dalam jumlah banyak sering menyebabkan penyumbatan pada usus sehingga terjadi kolik dan iritasi pada usus terjadi enteritis sehingga sering timbul gejala diare. Parah tidaknya gangguan yang ditimbulkan tergantung banyak tidaknya cacing yang terdapat didalam usus dan daya tahan tubuh hewan dari infeksi kondisi ini juga mendorong masuknya kuman pathogen kedalam jaringan sebagai hasil infeksi sekunder.
Gejala Klinis
Infeksi prenatal pada anak anjing yang baru dilahirkan dapat terjadi gejala kesakitan pada daerah abdominal kematian yang terjadi pada infeksi yang berat karena rupture atau penyumbatan pada usus halus, gejala klinis yang muncul tergantung dari beberapa factor yaitu :
1.      jumlah telur infektif
2.      durasi/lama infeksi
3.      kerusakan atau gangguan yang ditimbulkan larva cacing pada organ tertentu
4.      respon imun dari Host

Gejala klinis yang timbul dapat berupa kekurusan,anemia,diare,pertumbuhan terhambat, ikterus,kolik,dehidrasi,dan nafsu makan menurun. Larva stadium 2 didalam paru-paru menimbulkan fibrosis,bronchitis,dan pneumonia yang dapat menimbulkan gejala batuk dan dispnu. Anemia terjadi karena adanya enteritis yang menyebabkan terjadinya diare sehingga menyebabkan penyerapan zat-zat makanan menjadi kurang efisien, luka-luka pada hati dan pembuluh alveoli dan bronkioli serta kompetisi zat-zat makanan dengan cacing ascaris dapat mempebesar dampak yang timbul., pada anak anjing dan kucing sering timbul gejala klinis muntah dimana muntahanany kadang2 berisi cacing.
Visceral larva migrant adalah larva toxocara canis (telur infektif =L2) tertelan oleh manusia maka dalam usus menetas, menembus dinding usus terus ke hati, paru,dan alat tubuh lain dan tidak menjadi dewasa dalam usus, infeksi ini dapat menyebabkan terjadinya demam batuk anemia esosinopilia, pembesaran hati karena adanya larva dalam paru dan hati
Larva Migran Oculer (LMO)dapat menyebabkan adanya infeksi pada okuler mata dan retina manusia
Pada pedet gejala yang tampak, diare, kurus, kelemahan, lesu,kekurangan energy, pertumbuhan terhambat,kulit menjadi kering dan bulu kusam dan kasar. Gejala ikterus juga dapat muncul, anemia dan busung air dibawah radang (bottle jaw) atau sepanjang dibawah perut.
PERUBAHAN ANATOMIS
Pada hati terlihat adanya fibrosis,bercak bercak putih yang sering disebut milk spot pada paru-paru terjadi bronchitis pneumonia dan perdarahan perichia..Pada usus halus terjadi peradangan dan dindingnya menebal.

DIAGNOSIS
Ascariasis dapat didiagnosa denga. untuk  dari gejala klinis yang tampak, untuk memastikan diagnose dilakukan pemeriksaan feses untuk menemukan telur cacing didalam tinja penderita. Pada post mortem dilakukan pemeriksaan isi usus halus untuk menemukan cacing ascaris sp. adanya perubahan patologi pada organ-organ predeliksi uji hyper sensitifitas dan juga dapat dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi Toxocara Vitolorum dnegan menggunakan ekstrak larva dan “excretory-secretory (ES)” antigen yang diinjeksikan intra dermal pada daerah leher. Adanya reaksi hyper sensitifitas terhadap antigen menunjukan sapi terinfeksi.

PENGOBATAN
1.      Piperazine (dosis tunggal)
-          Anjing dan kucing 110mg/kg bb, kuda 220-275 mg/kg bb, sapi dan babi 275 mg/kg bb
-          Kambing dan domba 400-800 mg/kg bb
2.      Levamisole : 8 mg/kg bb
3.      Pyrantel pamoat : 5 mg/kg bb
4.      Ivermectine 0,3 mg/kg bb secara subcutan (babi), 0,2 mg/kg bb (sapi,domba,aning,kuda)
PENCEGAHAN
-          Sanitasi kandang,pisahkan hewan muda dengan hewan tua dari sumber infeksi bersihkan kandang dengan desinfekti. Feses harus segera dibersihkan sehingga telur tidak berkembang
-          Dilakukan pengobatan secara teratur yaitu 1 bulan sekali.
-          Member makanan yang bergizi baik
-          Pada induk bunting dilakukan pengobatan untuk menghindari infeksi secara prenatal dan laktogenik
-          Dilakukan pengobatan 3 minggu sebelum melahirkan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar